-225- El Nino Sampai Blusder

Bismillahirrohmaanirrohiim…

El nino diperkirakan tidak akan meningkat kembali atau akan semakin melemah. Menurut kepala BMKG pada konferensi pers 8 September kemarin. El nino? Opo yo ki?

Sering mendengar teman bilang el nino. Baru kemarin saya dengar kembali kata el nino. Tapi ya, terdengar begitu saja.

Hari kamis kemarin saya mulai merasakan gejala kurang fit. Naik motor rasanya dingiiiin sekali. Tenggorokan sakit. Seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Minum terus pakai air hangat. Yang mana hal ini jarang saya lakukan. Maklum manusia kurang minum air putih.

Hari jumat tambah gak karuan. ya udah, istirahat. Izin sakit. Ke dokter lah meski malas. Untuk mendapatkan surat dokter wkwkwkwk. Di samping itu selorohan dokternya membuat saya dejavu dengan sesuatu: El nino!. “Sepaket ya bu, lagi musim…angin kencang” begitu kata dokter.

Angin kencang rasanya sering akhir-akhir ini. Tapi saya kok ya cuek. Bukan bagian perhatian. Jadinya terlewatkan begitu saja. Padahal hampir setiap hari antar jemput Maryam. Melewati area pesawahan yang luas. Mesti anginnya tambah terasa kuenceng. Ditambah sering kelupaan tidak pakai jaket. Saya pikir biasa. Ternyata?

El nino tidak terjadi setiap tahun. Ya, ternyata kejadian luar biasa. Di luar kebiasaan. Fenomena alam el nino kali ini terjadi setelah 3 tahun. Dan lagi menurut artikel dari situs TrenAsia: Mengenal El Nino dan Mengapa terjadi di Indonesia, el nino biasanya terjadi sekitar 9 sampai 12 bulan. Lama juga ya?

Jadi, angin kencang yang selama ini saya rasakan adalah fenomena el nino. Singkatnya, menurut BMKG El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. Curah hujan jadinya semakin sedikit. Lha, kemungkinan besar petani kita terganggu dong ya?

Harga beras naik. Permintaan data beras. Ternyata semua ini berhubungan dengan el nino (tertawa parah). Sebagai orang neraca, parah sih ini, wkwkwkwk.

Suatu informasi sepenting apapun. Disosialisasikan sebesar apapun jangkauannya. Jika orang tersebut tidak membutuhkannya. Cuek. Tidak menarik perhatiannya. Walaupun mendengar hampir setiap hari. Tetap saja tidak sampai. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Begitu mungkin dengan pekerjaan juga. Sebanyak apapun panah sosialisasi yang kita lepaskan. Jika saja tidak tepat sasaran. Dia hanya akan beterbangan layaknya laron dewasa yang memutuskan sayapnya dan mati ketika fajar tiba karena tidak menemukan pasangan.

Jadi?

Keduanya harus aktif. Si pemberi informasi dan si penerima harus dalam status aktif. Aktif saling membutuhkan. Mutualisme. Jika seperti ini, panah akan melesat tepat pada sasarannya. Begitu.

Panjang juga ya. Padahal saya mau cerita. Sore menjelang malam hari ini. Tiba-tiba saja saya membuat roti. Tanpa takaran. Hanya feeling diri sendiri yang tidak ada pengalaman dunia baking. Nol pengalaman. Kebetulan saja jiwa emak-emak meronta melihat sisa susu uht di kulkas yang tinggal secuil. Betul-betul secuil kurang dari segelas ukuran 250ml.

Berbekal tanpa pengalaman. Mungkin tidak benar-benar nol. Saya sering sih lihat video singkat di instagram yang promosinya gini: kue moist tiga bahan, kue coklat leleh tiga bahan, dan lainnya. Iya itu bekal saya. Nonton sekelebatan. Takarannya manalah ingat. Sekelabatan.

Begini resep kue saya akhirnya:

8 sendok makan muncung tepung terigu

3 sendok makan madu (kebetulan madu nya tinggal sehabisnya itu di botol)

2 butir telur utuh

sisa susu uht (entah ini ukurannya, kurang dari 250 ml)

sisa cokelat sisa Maryam membuat es kul kul.

Jadinya lima bahan ya. Kocok pake kocokan tangan. Sampe teksturnya itu agak melengket. Susah jatuh. Istilah yang sering saya dengar du dunia perbakingan: berjejak. Semuanya saja dikocok. Kecuali coklat. Idenya biar lumer gitu nanti di tengah.

Lalu. Masukan adonan ke dalam loyang plastik. Saya punyanya itu. Not recomended. Itu buat bikin agar-agar sebenarnya. The last but not least step adalah memasukan lelehan cokelat ke dalam adonan. Masukan cokelat tersebut tepat di tengah ya. Lalu sedikit gerakan aestetik. Tusuk coklat yang telah dituangkan tersebut menggunakan spatula kecil. Lalu putar meninggalkan jejak kue marmer. Tahu dong kue marmernya Mamitoko atau Ci Mehong? Idenya seperti itu. Harapannya.

Penampakan kue sebelum dikukus.
Tarra …

Bantet. Hehe. But surprisingly, Maryam suka. Memang lumayan enak. Jadi… Saya sepertinya pernah memakan kue seperti ini. Yang teksturnya seperti ini.

Bluder! Ya blusder. Saya ingat namanya. Baru kemarin juga rasanya saya coba. Eh, qadarulloh malah membuatnya sendiri. Walaupun bukan itu maksud kue saya.

But at the end Maryam suka. Tuh buktinya sampai habis hampir seperempatnya. Alhamdulillah.

Kerandomana sesungguhnya emak-emak. Hehe.

Happy weekend.

-135- Resep Ibu (mertua)

Bismillah.

Sudah enam bulan nih saya tinggal serumah dengan mertua. Masalah canggung, kurang nyaman dan lain-lain itu mah hal biasa. Awalnya saya pun sempat mau menyerah ingin ngontrak saja di Brebes. Ingin mandiri.

Setiap ada kesempatan istirahan di kantor saya keliling nyari kontrakan. Sudah beberapa saya hubungi tapi belum ada yang sreg.

Sampai suatu saat saya kepikiran. Saya dan suami bukan orang yang mudah bergaul. Buktinya dulu di perantauan tidak banyak tetangga yang kita kenal kecuali teman sekantor, pengajian, dan sekolahnya Maryam. Disini pun saya bukan orang yang tiba-tiba berkunjung dan ngobrol ngalor kidul. Selain itu hal yang lebih penting lagi adalah lingkungan pergaulan Maryam.

Di sini di rumah orang tua Maryam bisa main sepuasnya dengan saudaranya, perkembangan komunikasinya pun alhamdulillah sangat pesat. Sekarang dia sudah mampu bercerita walaupun masih kurang jelas pelafalannya. Pulang kantor dia sudah bisa bilang, “Ummi mandi sudah…potor ummi cuci…”. Ya Alloh alhamdulillah.

Lingkungannya pun memungkinkan dia bermain dengan anak siapapun karena ini kan desa yang otomatis ibu bapak kenal dengan orang tua anak-anak tersebut. Maryam pun bisa ikut kegiatan saudara sepupunya seperti ngaji ba’da magrib dan main dengan teman-temannya.

Hal ini mengingatkan saya pada dulu waktu saya kecil dimana dikelilingi saudara dan main sehari-hari dengan mereka. Main dengan teman-teman kampung siapapun, pergi ke sana kemari di sekitaran kampung. Dan saya tidak pernah berfikir Maryam akan mendapatkan hal yang sama karena kan selama ini saya dan suami merantau jauh dari keluarga dan kampung halaman.

Dan kesempatan ini tanpa saya sadari sebelumnya telah di depan mata. Alloh maha tahu apa yang dibutuhkan hambaNya. Kemudian saya berfikir lama dan disinilah saya sekarang memutuskan untuk bertahan dan belajar.

Saya banyak belajar dari kehidupan mertua di sini yang jauh berbeda dengan kehidupan saya dulu di perantauan ataupun masa saya di rumah orang tua. Saya selalu ingin hal yang praktis misal urusan rumah tangga, nyuci, masak, dan lain-lain. Di sini saya melihat sebaliknya dan saya belajar. Awalnya berat sekali harus mencuci berember-ember terus masak, dan semuanya pake tenaga tapi kemudian saya terbiasa dan satu hal ternyata kuncinya yaitu niat.

Niat ibadah, niat agar anak dan suami memakai pakaian bersih membuat saya lebih sabar dan telaten ketika nyuci. Awalnya asal cepat kemudian sampai detail harus bersih. Ini tentu saja bekal ketika nanti harus kembali mandiri.

Ya, suatu hari kalau sudah di rumah sendiri mesin cuci tentu butuh 😛 . Saling melengkapilah ketika saya lihat ini sangat melelahkan terutama untuk ibu ya, kita win win solution, misal untuk masak nasi beralih ke rice cooker karena terlalu memakan waktu dan tenaga jika harus masak nasi manual. Tapi yep hal ini akan menjadi bekal tak ternilai di kemudian hari.

Ataupun urusan masak, ibu mertua anti banget pake bumbu dapur instan lebih-lebih beli makanan jadi. Dia berusaha sekuat mungkin untuk masak. Beberapa teknik masak banyak yang baru saya ketahui. Maklum dulu di rumah orang tua saya pemalas sekali urusan masak.

Contohnya kemiri, kalo masak pake kemiri jangan digoreng karena akan jadi minyak. Ulekan kemiri masukan terakhir dan masakan akan mendapatkan kekentalan dan rasa yang mantap. Itu kata ibu yang baru banget saya tahu 😀

Atau beliau juga akan cerita kalo kunyit ini bagus buat lambung selain tentu buat kulit. jahe juga bagus buat kesegaran, pokoknya rempah yang dipakai di bumbu masak itu banyak khasiatnya. Jadi tambah semangat kan, lama sih tapi hasil tidak mengkhianati usaha 😛

Nah, seperti tulisan kali ini saya ingin berbagi resep sambal bali resep ibu saya…

Bahan:

  • tahu potong kotak atau sesuai selera goreng, kita pakenya satu kresek putih;
  • kentang potong kotak goreng, banyaknya dua kali tahu tadi.

Bumbu:

  • Kemiri segenggam di ulek, sisihkan
  • jahe dua ruas jari plus kunyit dua ruas jari juga ulek, sisihkan
  • geprek lengkuas, sisihkan
  • ketumbar segenggam
  • satu batang serai
  • dua buah salam
  • bawang merah secukupnya sesuai selera
  • bawang putih sesuai selera iris
  • cabe merah sesuai selera
  • cabe rawit sesuai selera
  • minyak goreng
  • gula merah dan garam
  • air

Caranya…

Ulek ketumbar, bawang merah, dan serai kemudian goreng bersama irisan bawang putih, salam, dan geprekan lengkuas. Tumis sampai harum dan menguning. Kemudian masukan cabe merah dan rawit yang sebelumnya diulek, masukan juga ulekan jahe dan kunyit. Setelah itu langsung masuk air secukupnya *ini dikira-kira ya supaya bumbu meresap*. Masukan ulekan kemiri ketika air sudah mendidih dan gula merah dan garam. Terakhir masukan tahu dan kentang yang sudah di goreng. Aduk-aduk sampai airnya habis. Sajikan.

Gampang dan enak. Fotonya lupa.

Ini kesempatan langka yang tentunya harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Bagaimanapun, suami besar dengan masakan seperti ini jadi saya harus belajar. Selain itu saya jadi tahu cara memasak tiap daerah tidak sama. Unik, seperti dulu di Wakatobi saya belajar dari ibu-ibu di kantor dan ibu kos saya, di sana makanan di olah lebih banyak menggunakan media air seperti parende. Atau di kampung halaman saya dimana makanan lebih banyak yang disantap mentah. Pokoknya menyenangkan alhamdulillah jadi nambah pengetahuan soal dapur. Dan masih banyak yang lainnya, insyaAlloh kalau sempat saya post.

-123- Nyoba yang lagi Hits: Indomie Abang Adek

Bismillah.

Habis dari Jakarta ya?.

Tidak.

Terus kok bisa nyobain gitu?

Mau tahu?

Enggakkk!

Dan postingan pun selesai 😆 , ya enggak lah, jadi gini…

Dari dulu suka nonton acara memasak dan memakan :mrgreen: . Karena itu saya suka kabitaan kata orang sunda mah. Pengen juga merasakan apa yang saya tonton itu.

Seblak yang saya post sebelumnya juga karena kabitaan ini 😆 . Sekarang apa? Saya lagi pengen nyoba mie abang adek yang menurut tontonan merupakan indomie goreng yang disajikan dengan ulekan 100 biji cabe rawit super pedas. Iya sih lima biji saja buat saya itu sudah masuk makan menderita. Walaupun nagih tapi sebenarnya sudah bingung dengan rasa apalagi menikmati.

Karena saya tahu batas pedas yang masih bisa di tolerin mulut sama perut jadinya cuma pake lima biji. Maksimal lah ya untuk ukuran saya.

Bahan:

  • 1 bungkus indomie goreng terserah rasa apa saja, kebetulan saya pakai yang standar warna merah;
  • cabe rawit lima biji, silakan tambah dan kurangi sesuaikan saja jangan memaksakan diri ikut level pedas mampus nya indomie abang adek yang 100 biji;
  • air untuk merebus mie secukupnya;
  • sayur sawi, opsional;
  • dan telur ceplok opsional yang harus.

Caranya super simpel layaknya memasak mie instan biasa. Hanya di tambah ulekan cabe rawit yang sebelumnya telah di rebus. Cara nguleknya bukan di cobek tapi langsung di piring atau mangkuk saji. Jadi disarankan menggunakan yang dari bahan plastik. Satu lagi, kata si penjual abang adek sih biar lebih enak cara nguleknya harus di pukul-pukul 😀

Jadinya gini nih…

dscn3141

Kok seperti mie goreng biasa? Ya lah ya iya, ini kan mi goreng biasa yang saking biasanya saya cuma tambah lima biji rawit 😆 . Tapi emang pedas tuh lihat yang merah-merah, cuma pedasnya tidak yang seperti saya bayangkan. Saya pikir bakalan pedasss banget ternyata tidak euy!

Dugaan saya sih karena rawitnya di rebus, biasanya kalo rawitnya di olah dulu entah itu di rebus, kukus, atau goreng tingkat kepedasannya berkurang. Benar gak? Dan berikutnya saya coba pakai rawit yang masih segar aduh pedas subhanalloh tidak kebayang yang 100 biji.

Kok bisa pedas ya?

Kapsaisin (8-metil-N-vanilil-6-nonenamida) termasuk di dalam Kapsaisinoid, yaitu zat kimia yang menimbulkan rasa pedas yang ada dalam tumbuh-tumbuhan, seperti cabai. -wikipedia

Rasa pedas yang diciptakan persis seperti kulit kita terkena panas. Beda dengan panas yang membuta kulit tubuh kita terbakar misal jadi gosong, nah, kapsaisin ini hanya rasa jadi bukan benar-benar terbakar sampai ada bukti fisik. Ini saya kutip dari wiki dengan sedikit perubahan.

Lanjut ya masih dari wiki, kapsaisin ini punya skala atau level kepedasan yang namanya scoville, kapsaisin murni mengandung 15 juta Scoville. Menurut Guinness Book of Records, cabai paling pedas adalah jenis Red savina habanero dengan ukuran 577 ribu unit Scoville. Tetapi ada klaim sejenis cabai di India, Naga jolokiayang mencapai 855 ribu Scoville.

kapsaisin sifatnya seperti minyak tidak larut dalam air. Makanya minum tidak segera tuntas menghilangkan pedas. Cara paling ampuh adalah dengan susu atau keju, kasein dalam susu bisa menggumpalkan kapsaisin yang berada di lidah.

Jadi, kalau mau menantang diri dengan tingkat kepedasan jangan lupa siapkan susu, mau tawar mau manis sama saja. Cuma kata yang di vlog-vlog itu paling ampuh pake susu yang gambarnya beruang. Entahlah di coba saja.

Selamat mencoba bagi yang mau nyoba 🙂

 

-121- Seblak Kerupuk

Bismillah.

Sudah pada tahu seblak kan? Makanan yang lagi nge-hits akhir-akhir ini, utamanya di Jawa Barat.

Yang bikin ini makanan terkenal menurut saya ya, adalah level kepedasannya. Bukan seblak namanya kalau tidak pedas. Malahan di kalangan Vlogger ini makanan sering dijadikan challenge. 

Kemarin saya anteng saja gitu nonton challenge-challenge mereka makan ni seblak. Kebanyakan nyoba yang seblak jeletet level 5, paling tinggi nih level kepedasannya. Rada-rada crazy sih, masak makan pedas gitu harus sampai habis tanpa minum, ampun saya mah.

Sebagai pecinta pedas juga harus nyoba banget. Jadi, kemarin juga siangnya saya bikin seblak dari kerupuk udang yang warnanya oren kecil-kecil.

kerupuk-seblak
gambar di ambil dari sini

Bahan: Kerupuk dua kepalan tangan, bawang merah empat siung, bawang putih 2 siung, cabe rawit lima buah, cikur(kencur) secukupnya, telur satu buah, dan gula garam merica secukupnya.

Caranya: Ulek semua bahan kecuali kerupuk, telur, dan gulgar merica. Ulekan tadi di tumis sampai harum dan matang kecoklatan. Lalu masukan telur, oseng-oseng. Masukan air tunggu sampai mendidih. Jika sudh mendidih masukan kerupuk yang sebelumnya telah di rebus sampai lunak. Terakhir masukan bumbu gulgar merica dan koreksi rasa. Jika sudah pas siap disajikan dengan topping bawang goreng dan seledri mmm enak enak enak.

Rawitnya kan lima, saya jarang menambahkan rawit sebanyak ini di makanan kecuali pas bikin sambal, harapannya pedas sekali. Tapi, pas dicoba entah kenapa kok tidak begitu pedas. Pedas tapi yang bukan sampai seuhah gitu. Tidak tahu kenapa, padahal rawit di rumah biasanya biar satu pedas banget.

Resepnya sendiri hasil nge-yutub. Di resep sih pakai royco atau masako. Berhubung tenggorokan saya lagi kurang fit jadi skip yang micin-micin. Ini resep yang paling dasar dari seblak. Selebihnya bisa dimodif sesuka hati. Ya barangkali mau di tambah kaldu atau isinya ditambah sayur dan lainnya.

Seblak kan awalnya dasarnya identik dengan kerupuk, hari ini pedagang sudah mengembangkan varian lainnya. Misal seblak isi sosis, tahu kering, sampai ceker ayam dengan level kepedasan biasanya sampai lima. Tidak kebayang pedasnya seperti apa. Pengen nyoba nih kalau pulang kampung yang level 5 😀

dscn31371
rawitnya kurang banyak sepertinya.

Yang suka pedas boleh di coba, nagih!

-117- Review Rice Cooker Philips hd3128

Bismillah.

Karena tulisan sebelumnya saya belum pakai jadi masih awang-awang sebatas harapan, kali ini saya mau share pengalaman setelah menggunakan rice cooker philips punya ini.

Detail yang di tulis di tempat saya belanja mulai dari inner pot yang pro ceramic, gagangan inner yang memudahkan pas mau angkat dari outer nya (bodi rice cooker), daya listrik, bodi luar yang kuat, semuanya saya puas. Alhamdulillah. Ditambah dikasih bonus 1kg beras organik itu semakin membuat saya senang gembira. Dan yang paling saya suka dia tidak ada penampungan air sisa menanak jadi aman dari bencana rembesan air yang kelupaan dibuang.

Nasi yang dihasilkan pun so far enak sama lah dengan rice cooker punya saya dulu. Menurut saya soalan yang ini tergantung beras yang dipakai dan penanganannya. Misal beras PB788 *ini merk ya* yang biasa saya pakai, dia akan lebih enak menurut lidah saya sekeluarga jika air yang digunakan lebihin sedikit dari kebiasaan.

Biasanya kan kalau nanak nasi air dilebihkan sebatas satu buku jari kan. Nah, beras yang satu ini lebihin dikit dari itu baru enak menurut saya. Di tambah daun salam atau jeruk atau serai mmm tambah mantap. Kata orang sini pakai garam biar enak gurih. Berhubung saya lagi diet jadi jauh-jauh dulu lah ya dari konsumsi garam berlebih. Sudah mah lauknya pakai garam ini nasinya ditambah lagi, kapan dietnya kaka…

Terus?

Dari bodinya yang gagah, dari dalemannya yang menjanjikan ternyata pas saya semangat menanak untuk pertama kali saya dibuat capek sama tombol nyala nya *plak!*. Itu si tombol yang dari luar terlihat besi pas dipencet rapuh sekali dan dia tidak seperti rice cooker saya yang dulu-dulu sekali pencet on untuk nanak nasi sudah. Ini saya harus berkali-kali sampai dia mengeluarkan bunyi klek tanda nasi sudah dalam proses tanak, sediiiih.

Kecewa untuk pertama kalinya dong? Gimana ya? Jujur sih iya, kenapa hal yang se urgent ini, tombol nyala kan vital banget, kok, seperti tidak mendapat perhatian lebih. Iya sih yang lainnya oke punya tapi kan sebel juga setiap kali mau nanak harus berkutat lebih dari sekali hanya untuk mencet tombol on off.

Menurut saya produk yang bagus itu harus memperhatikan sampai sedetail-detailnya dari perkara yang terlihat sepele sekalipun. Apalagi yang ambil porsi harus pake banget dipikirkan baik-baik.

Tapi karena hasilnya sejauh ini memuaskan oke lah tapi tetap saja tombol nyala itu harus diperbaiki untuk produksi ke depannya *philips kamu sebaiknya baca ini, beneran*.

Philips semoga kecewanya saya terhadap tombol nyalamu tidak berpengaruh terhadap performa lainnya. Semoga awet ya, aamiin.

-114- Makanan Favorit Keluarga

Bismillah.

Saya dan suami dalam hal makanan amat sangat berbeda. Sebenarnya tidak hanya makanan sih, hampir dalam segala hal kita berbeda. Ya, namapun katanya saling melengkapi hhee.

Saya suka yang asin-asin si abah suka yang manis-manis. Bahkan saya sering di buat geleng-geleng kepala, susu yang manis pun harus di tambah gula lagi. Belum teh manisnya yang menurut saya seperti larutan gula berwarna coklat keemasan. Gimana tidak merdeka itu para semut di rumah.

Saya suka yang bersantan gurih si abah sukanya yang kalo bisa kasih garam saja cukup. Dia yang di kasih tiap hari tempe dan kangkung akan super hepi dan saya yang walaupun masaknya gampang tapi lidah tak terpuaskan. Jadinya tiap masak kalau saya lagi rajin masak dua menu yang berbeda.

Bersyukur Maryam mengambil sebagian dari saya dan abahnya. Bayangkan jika Maryam pun memiliki selera makan yang sama sekali berbeda, duh saya bisa seharian di dapur 😀 .

Tapi ada satu makanan yang mempersatukan kita. Saya bahagia sekali kalau soal makanan yang satu ini. Hemat waktu dan tenaga. Tidak lain tidak bukan dia adalah adonan kanji. Kok makanan? Iya karena adonan kanji ini sebenarnya sudah matang. Dia sudah di seduh air mendidij terlebih dahulu sebelum dieksekusi selanjutnya menjadi bentuk makanan yang lebih menjanjikan.

Dari adonan kanji ini selain bisa langsung di makan *ala Maryam* selanjutnya bisa di masak sesuai selera. Misal suami sukanya indil ya tinggal di rebus kemudian di beri sambal kacang. Saya suka cireng ya, tinggal di goreng dan di cocol sambal. Maryam? Dia suka semuanya…

Ini dia adonan kanji sampai menjadi rupa makanan lainnya yang enak dan tentunya kesukaan kita semua…

adonan kanji
adonan kanji

Adonan ini terdiri dari tepung kanji gr di campur 3 sendok makan tepung terigu dan di seduh dengan rebusan bawang putih, garam, dan merica. Air untuk merebus kira-kira segelas belimbing. Di aduk pakai sendok ketika masih panas. kemudian diamkan sebentar sampai agak hangat. Selanjutnya suka-suka untuk di olah menjadi apapun. Bisa cilok, cireng dan indil.

Ketika membentuk agar tidak lengket di tangan pakai tepung terigu. Dan ini yang baru-baru saya bikin dari adonan kanji.

ini cilok bisa juga di buat indil dengan cara di rebus menggunakan sambal kacang.
ini cilok bisa juga di buat indil dengan cara di rebus menggunakan sambal kacang.

cireng
cireng

yummy...
yummy…

sore-sore kayak gini...
sore-sore kayak gini…

Kalau soal makanan yang ini tak kenal waktu. Kapanpun saya buat langsung habissss…

Modifikasi resep dari berbagai sumber.

 

-106- Memilih Rice Cooker yang Aman dan Awet Ala Saya

Di zaman serba canggih dan sibuk hari ini memasak nasi konvensional sudah banyak ditinggalkan. Walaupun kebanyakan dari kita *tentu yang pernah mengalami masa-masa nasi konvensional* sangat menyukai dan menginginkan nasi yang di masak konvensional tapi apa daya saya sendiri gak sanggup. Proses pengolahan yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga saya menyerah. Yah, kecuali lagi senggang dan iseng nyari kerjaan boleh lah ya.

Dari kecil saya paling malas bantu ibu memasak *bandel amat gak sih* dan lebih malas lagi ketika adegan memasak nasi ini. Persiapan yang lumayan, mulai peralatannya yang harus bersih, kemudian berasnya yang belum di tapi *dibersihkan dari kulit ari yang tersisa*, kemudian di cuci sampai bersih menggunakan boboko *kita di kampung menyebutnya, wadah pencuci beras dari anyaman bambu*, dan setelahnya dikeringkan dulu, bukan yang benar-benar kering. Setelah itu siapkan perapian, masukan beras yang telah di cuci tadi ke dalam wajan yang alasnya rata. Prosesnya seperti membuat liwet tapi tidak sampai matang. Setelah airnya habis di aduk dan didiamkan sebentar untuk selanjutnya di tanak di dalam panci. Kalau di rumah saya, nasi setengah matang tadi dialasi kain berlubang untuk memudahkan ketika mengangkat nasi yang telah matang dari panci. Setelah matang pun belum selesai prosesnya karena harus didinginkan dengan cara di aduk-aduk sambil di kipas-kipas agar nasinya pulen dan siap untuk di santap. Proses yang melelahkan tapi yah sesuai dengan hasilnya. Nasi dengan proses seperti ini jauh lebih aman dan sehat, apalagi menggunakan tungku kayu bakar rasa tiada dua.

Old good story, sekarang mau tidak mau harus beralih ke cara modern. Untuk mengurangi tenaga dan waktu, mempersingkat proses untuk kegiatan lainnya.  Di rumah orang tua pun cara konvensional ini sudah lama ditinggalkan. Beralih ke alat canggih yang bernama rice cooker.

Pada awalnya saya membeli barang, pertimbangan nomor satu adalah harga: harus murah! Dan kualitas nomor dua. Kalau bisa dua-duanya itu sebuah keuntungan he he he. Hal yang seperti ini bisa di dapat kecuali kita membeli di black market atau barangnya KW *istilahnya KW super* tapi artinya tuh barang njiplak atau bisa juga karena ada diskon, penjualnya lagi berbaik hati, pedagangnya lupa harganya, atau ada yang kasih *apa pula*. Dulu saya gak peduli. Saya belum kepikiran tentang orang-orang di belakang barang tersebut. Orang-orang yang mencurahkan pikirannya untuk sebuah alat yang baik yang bisa digunakan dengan aman. Menghargai sebuah karya, itu yang luput dari saya, yang ada saya harus untung.

Akhirnya, kebanyakan dari barang yang saya beli tidak bertahan lama. Mungkin niatnya kurang baik kali ya. Tapi kalau kita gak sanggup, emang mampunya beli KW gimana dong? Emang tidak ada barang lain di kelasnya yang ori walau kualitas agak di bawah tapikan ori pastinya lebih murah kan? Tapi saya sukanya yang itu. Ya sutra lah ya, balik lagi ke pilihan masing-masing dan apa yang diyakini.

Balik ke pemasak nasi. Selama nikah empat tahun ini sudah dua rice cooker. Berarti rata-rat pemakaiannya dua tahun. Semua saya ganti karena nasinya menjadi kuning dan berbau. Yang pertama malah lebih parah, karena selain berwarna dan berbau bodi luarnya retak.

Dan ketika nulis ini saya lagi nyari-nyari rice cooker yang benar-benar aman dan sehat. Sementara saya masak nasi liwet dulu demi keamanan.

Karena ternyata penyebab nasi berubah warna dan berbau itu disebabkan lapisan anti lengketnya mengelupas dan bercampur dengan nasi yang kita masak. Hal ini merupakan salah satu penyebab penyakit kanker, na’udzubillah.

Beberapa hal yang menjadi focus ketika saya nyari rice cooker yang bagus *aman dan awet* berdasarkan pengalaman pribadi:

  1. Bodi nya harus kuat, kalau gitu saya akan cari yang stainless.
  2. Materi inner pot rice cooker mestinya menghindari yang anti lengket, so, saya nyari yang pro ceramic atau logam sekalian misal stainless.
  3. Yang bisa tahan lama memanaskan tanpa berubah warna dan bau, karena biasanya saya akan masak sekali dalam sehari.
  4. Watt nya rendah karena saya butuh dengan alat elektronik yang lain, 400 watt oke lah.

Itu sih tapi lumayan ya, apanya? Mihiiilll. Kan lagi-lagi ada rupa ada harga, ada karya yang baik tentu penghargaannya harus baik juga. Jadi, ayo lah siapa takut. Belum mampu, mari kita nabung dolo. Sementara masak nasi liwet yang cepat dan aman.

Setelah searching-searching saya jatuh hati pada Philips. Nomor 1, 2, 3, dan 4 kebutuhan saya terpenuhi, jadi apa lagi coba? Kalau dana sudah siap ya sudahlah daripada capek terus akhirnya ngedumel gak baik buat saya nya.

Saya sih selama ini percaya sama si Philips. Dia tahan lama dan kualitasnya oke punya. Di rumah pun yang merk nya Philips tahan banting dese. Mulai dari lampu yang awet sampai blender yang hebring. Harga, ya gitu agak mahal tapi kan, kalau di pikir-pikir sama saja dengan beli yang murah tapi sering. Mudah-mudahan kali ini pun saya tidak di buat kecewa untuk pertama kalinya, aamiin.

Harga rice cooker ini hampir 3 kali yang biasa saya  beli, tapi, bismillah semoga ini yang terbaik, aamiin. Ibaratnya kita membeli masa depan dengan harga sekarang, mudah-mudahan bisa awet bertahun-tahun, aamiin.

Penampakannya menjanjikan sih, saya suka, karena terlihat kuat dan tangguh.

magic-com-rice-cooker-philips-hd-3128-stainless
gambar di ambil dari tokoperabotan.com

Beli di mana?

Saya beli online karena wilayah saya yang lumayan jauh dari pusat perdagangan. Beli online saya perhatikan malah lebih murah karena ada free ongkir. Dan tempat belanja online fav saya adalah blibli. Saya suka saja karena sederhana desainnya. Cepat nyari dan paling penting gak sakit mata karena kan sudah mah kita natap layar tampilan yang gonjreng bikin pusing kan.

Kalau saya lagi rajin insyaAlloh saya akan buat review nya deh ya…

Semoga bermanfaat.

-91- Mengolah buah pepaya menjadi sayur yang enak

Bismillah.

Hola ketemu lagi di dapurnya umu maryam :mrgreen: . Lama sekali nih saya tidak ngoprek di dapur. Bukan tidak masak sama sekali ya. Saya tetep masak kok, bagaimana ceritanya Maryam dan Abahnya dong kalo saya absen ke dapur 😀 . Hanya saja masakannya biasa-biasa saja. Bukan sesuatu yang baru bagi saya.

Berarti ada yang baru dong?

Betuuullll 😆

Gara-garanya halaman rumah saya subur sekali 🙄 Tanaman yang tak sengaja di tanam pun tumbuh subur. Ada pepaya, cabe, bayam, sampai rumput-rumput nya pun tak mau ketinggalan menutupi halaman rumah.

Tanaman yang kali ini menjadi bahan oprekan saya adalah hmmm…masih seputar pepaya sih 😛 . Dulu kan bunganya sekarang apanya? Buahnya! Dulu taunya buah pepaya itu ya, di makan ketemu masak, eh, di sini penduduknya saking tidak banyak sayuran lain, pepaya muda pun dijadikan menu sayur keseharian. Nih lihat pepaya saya persis di depan rumah.

DSCN1625

Bahkan ada yang tinggal petik tidak perlu loncat-loncat, itu pepayanya tiduran di tanah! 😯

DSCN1626

Pepaya saya ini sebenarnya kalaupun masak tidak begitu manis dan daging buahnya tipis. Orang sini bilang pepaya sayur, ya, mungkin karena banyak yang memanfaatkannya sebagai sayur ketimbang di makan masak.

Browsing ketemu browsing, ternyata pepaya saya ini termasuk jenis pepaya burung. Cirinya, warna daging buah kuning, rasanya manis asam, daging buah tipis, dan biasanya ukurannya sedang. Pepaya yang di kenal masyarakat Indonesia sendiri ada dua, ke duanya adalah pepaya semangka. Pepaya yang sering kita temukan di penjual buah-buahan. Cirinya daging buah tebal, berwarna merah, manis, dan biasanya berbentuk lonjong panjang.

Pepaya juga ada jantan dan betina loh ya *awalnya saya katro gak tau*. Kebetulan di halaman rumah jantan dan betina nya ada. Jadi, pepaya jantan hanya berbunga, yang saya olah kemarin dulu itu. Sementara yang betina yang menghasilkan buah pepaya.

Biar lengkap nih saya kasih gambar klasifikasi ilmiahnya *mudah-mudahan saya juga akan ingat*.

klasifikasi ilmiah pepaya
di ambil dari sini

Balik lagi ke cerita memasak ini. Awalnya saya malas karena getahnya itu loh. Sampai pada suatu titik di mana sayuran kesukaan kami *kangkung, sawi, dan bayam* mihil: Seikat Rp5000,-. Akhirnya untuk mensiasati agar tidak terlalu banyak pengeluaran di sayur, saya mencoba mengolah si buah pepaya selain juga bunganya yang terlebih dahulu sudah saya oprek. Kan, lumayan agak bervariasi walaupun sebenarnya masih sama-sama pepaya: bunga dan buahnya. Oh ya, rencana saya juga mau belajar mengolah daun pepaya 😀 *tunggu saja tanggal mainnya, biar lengkap edisi pepayanya *.

Baiklah untuk memulai memasak nya siapkan pepaya dan pisau sebagai tahap awal yang melelahkan.

Potong kedua ujung pepaya agar pepaya bisa diberdirikan. Ini untuk memudahkan proses mengupas kulit pepaya. Dalam posisi berdiri kupas kulit pepaya agak tebelan biar mudah ngupasnya. Ya, kalo punya alat pengupas lebih gampang lagi sepertinya. Nah, di sinilah saya baru tahu. Ternyata getah pepaya tidak seperti buah sukun yang ke mana-mana nempel di tangan. Buah pepaya ini hanya mengucur sekali ketika memotong ujung-ujungnya. Selepasnya aman sentausa :mrgreen:

pepaya1
Semoga jelas langkah-langkah penggambarannya

Setelah mulus dari kulit hijau, belah pepaya utuh tadi menjadi dua bagian *belah persis di tengah*. Ambil belahan pertama lalu iris pipih dagingnya sampai habis tinggal biji-biji yang nempel di daging.

pepaya2

Irisan pipih daging pepaya ini kembali di iris menyerupai batang korek api, tebal tipis sesuai selera, tapi initinya saya panjang-panjang. Kalau mau sama ya boleh ya pakai talenan yang ada skala ukuran. Saya sih ogah: lamaaaa 👿 . Tak beraturan begini saja pegelnya…

pepaya3

Kalau sudah selesai seperti batang korek api, cuci bersih. Siapkan bumbu, kalau saya pakai bumbu kuning:

Kemiri dua butir, bawang putih 1 siung ukuran sedang, kunyit kurleb dua ruas jari, bawang merah dua siung, garam, merica, dan ketumbar. >>dihaluskan

Bumbu halus tersebut digoreng dengan api kecil sampai harum dan berwarna kecoklatan. Kemudian masukan irisan bunga pepaya. Oseng sebentar sampai terlihat agak layu. Lalu masukan air secukupnya. Tambahkan gula sebagai penyedap *penyeimbang rasa*. Didihkan dan angkat jika sudah empuk. Oh ya, biar rasanya lebih mantap bisa menambahkan irisan tomat dan air jeruk nipis di akhir menumis.

Tarrrrrra…

DSCN1952
Tumis buah pepaya bumbu kuning…

Selamat mencoba.

Referensi bacaan:

https://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya

-63- Rendang Tahu Telur Episode Lagi Rajin

Minggu kemarin saya akhirnya buat kembali akun instagram *IG kakaaa*. Dulu saya pernah buat dan kosong molongpong dong, bingung mau pajang foto apaan. Foto narsis kan sudah gak zaman kali ya 😀

Tetiba kepikiran buat pajang foto-foto keseharian saya. Kan lumayan buat kenang-kenangan. kali aja bermanfaat minimal buat diri sendiri deh. Kebetulan juga minggu itu lagi rajin-rajinnya masak. Mempersiapkan makanan untuk seminggu. Maklum ibu-ibu sok sibuk 🙂 . Makan mie instan terus kan sayang lambungnya ya. Jadinya saya memberdayakan diri seharian buat ngolah bahan makanan. Ada kacang tanah, ayam, terong, tahu, dan tempe.

Kacang tanah sudah saya simpan ceritanya di IG nah yang lainnya berhubung sudah habis duluan jadi ya wassalam. Rencananya pengen juga cerita tentang si kacan tanah ini di blog. Tapi kok ya belum mood. Sekarang malah semangat mau nulis tentang rendang. Iye rendang…mungkin masih hangat, ini rasanya saja masih nempel di lidah. Hmmm yummy…

Salah satu teman ummahat di facebook majang terus foto rendang, iya sih dia jualan. Mupeng kalau tidak sadar lokasinya jauh dan harganya yang wow mungkin pesan text sudah meluncur. Mungkin karena keseringan lihat akhirnya ngeces dan kepikiran terus. Jadinya saya minta bantuan si mbah google dan byar pabalatak orang yang nulis resep rendang. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba salah satu resep dari cookpad. Saya suka web cookpad ini. Di situ kita bisa sharing menu masakan dan karena kebanyakan ditulis oleh ibu-ibu yang doyan masak, rata-rata resepnya acceptable buat saya untuk dicoba. Yah bukan semacam resep yang suseh untuk diaplikasikan, emang ada resep kayak gitu? Buat saya ADA! 😀

Berhubung di sini tidak ada yang jual daging sapi. Daging ayam pun saya lagi males keluar. Jadinya memanfaatkan bahan yang ada di rumah saja; tahu dan telur. Tahunya terlebih dahulu dikukus karena tahunya lembek kalau langsung dimasak bisa hancur. Begitu juga telur, dikukus dulu.

Saya tidak tahu untuk berapa porsi, bagi keluarga kecil saya yang baru berdua plus bayi, ini banyak. Sengaja saya pakai resep untuk satu kilo daging sapi demi bumbu rendang yang yummy. Kan, bumbunya bisa dicampur pakai bahan apapun. Disimpen saja, awet kok.

Ini dia resepnya:

1. Tahu 5 buah sudah dikukus di potong diagonal

2. Telur bulat utuh yang sudah dikukus 6 butir

3. Santan cair kurang lebih 750ml, saya pakai santan instan

4. Serai digeprek

5. Salam

Bumbu dihaluskan:

1. Bawang merah 8 siung

2. Bawang putih 6 siung atau lebih sesuai selera (pake perasaan)

3. Lengkuas satu ruas jari

4. Jahe juga satu ruas jari

5. Cabe rawit segenggam (di resep 100gram, berhubung tidak ada timbangan ya pake peramalan)

6. Kemiri 4 butir

DSCN0800Ini bumbu yang dihaluskan. Saya pakai blender biar cepat.

DSCN0801Kira-kira segini cabe keritingnya.

DSCN0802Begini yang sudah di blender siap digoreng.

DSCN0804

Goreng sampai harum.

DSCN0806tambahkan santan yang sudah diencerkan pakai air matang sampai kurang lebih 3 gelas belimbing.

DSCN0807Kalau sudah mendidih masukan tahu, terus diaduk sampai mengental. Sampai tekstur yang disukai ya.

DSCN0809Jadinya begini…

Kok warnanya tidak hitam seperti rendang sih? Iya kali itu mah pakai daging sapi 🙂 . Tapi enak kok, enaaak, alhamdulillah…Sepetrinya pakai tempe lebih mantap ya. Next di coba ah…

Selamat mencoba.

-58- Mengolah Buah Sukun

Bismillah.

DSCN0649pemandangan di Bawah Pohon Sukun (BPS)

Pada tau kan buah sukun? Buah yang penampakannya mirip nangka dan cempedak dalam size kecil. Lebih sering dikonsumsi dalam bentuk gorengan ketimbang buahnya langsung yang masak. Menurut orang sini karena jarang sekali buah sukun yang bertahan sampai masak di pohon, kalau tidak diambil untuk digoreng, dijual, atau jatuh tertiup angin. Semua opsi berlaku di sini :v  ya di goreng, di jual, yang jatuh pun buanyak.

Di halaman kantor saya -kebetulan saya bekerja di BPS dan akhir-akhir ini saya memang sering bekerja di BPS yang saya sebut di atas kependekannya- ada dua pohon sukun yang sudah sangat besar, buahnya pun lebat sampai jatuh ke mana-mana. Bagaimana lagi si Maryam lagi seneng-senengnya jalan ke sana ke mari dan tempat favoritnya adalah BPS. Terpaksa deh saya juga mangkal di sana :v

Di tengah cuaca terik pohon sukun adalah oase tersendiri. Duduk di bawahnya kenikmatan tersendiri. Mengawasi bocil ke sana ke mari saya asik duduk manis sambil sesekali menatap layar samsong 😀 . Bisa sejaman lah kita di sana. Karena sekarang lagi musimnya ya mau tidak mau kita ketemu juga dengan sukun yang tak berdaya tergeletak di halaman kantor tertutup rapi batako. Sekali dua kali cuek. Karena saya tahu betapa repotnya mengolah buah yang satu ini. Getahnya itu lo!

Tapi sejak salah satu teman di kantor membawakan gorengan sukun dan ternyata enak: renyah kriuk-kriuk dan gurih nikmat lagi dicocol sambel, saya jadi terinspirasi untuk mencoba. Daripada ngemil gorengan dari luar terus sekali-kali goreng sendiri kan lebih terjamin kesehatan dan kepuasannya 🙂

Baiklah jadi akhirnya saya ambil juga satu buah sukun. Barangkali ada yang belum tahu penampakan buah sukun, lihat gambar di bawah ya.

DSCN0645Percobaan pertama lumayanlah masih bisa dimakan tapi masih rada gatal dan tidak renyah. Kedua kalinya saya konsultasi dulu dengan ahlinya. Ternyata biar renyah sukunnya dipotong tipis, setelah dicuci bersih dari getah diberi garam dan digoreng dalam minyak panas yang banyak sampai sukun terendam. Selain itu agar tidak nempel getahnya, ketika memotong usapkan minyak goreng di ke dua telapak tangan dan pisau. Getahnya sangat mudah dibersihkan ketimbang tanpa minyak goreng.

Baiklah ini yang saya baru lakukan.

DSCN0664

Buah sukun dikupas sampai benar-benar putih, hilang semua kulit hijaunya. Belah menjadi dua bagian seperti gambar di atas. Sukun yang telah dibelah dua kembali dibelah dua persis di tengah sehingga menjadi sukun seperempat lonjong :v lalu diiris tipis-tipis sisakan tongkolnya.

 DSCN0719

sukun diberdirikan dan iris mengelilingi tongkol.

DSCN0720

Ini penampakan tongkol. Sudah buang.

DSCN0716Cuci bersih beri garam dapur, campur merata.

DSCN0721

sudah jadi, kriuk-kriuk dan gurih, coba saja 🙂

DSCN0722

Gorengan sukun yang berongga paling atas adalah yang terkriuk dari seluruh bagian sukun. Jadi, usahakan ketika mengiris dapatkan permukaan berongganya.

Segitu saja, mudah, sederhana walau agak ribet karena proses memotongnya yang yah begitulah tapi terbayar: uenakkk!

selamat mencoba.