-225- El Nino Sampai Blusder

Bismillahirrohmaanirrohiim…

El nino diperkirakan tidak akan meningkat kembali atau akan semakin melemah. Menurut kepala BMKG pada konferensi pers 8 September kemarin. El nino? Opo yo ki?

Sering mendengar teman bilang el nino. Baru kemarin saya dengar kembali kata el nino. Tapi ya, terdengar begitu saja.

Hari kamis kemarin saya mulai merasakan gejala kurang fit. Naik motor rasanya dingiiiin sekali. Tenggorokan sakit. Seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Minum terus pakai air hangat. Yang mana hal ini jarang saya lakukan. Maklum manusia kurang minum air putih.

Hari jumat tambah gak karuan. ya udah, istirahat. Izin sakit. Ke dokter lah meski malas. Untuk mendapatkan surat dokter wkwkwkwk. Di samping itu selorohan dokternya membuat saya dejavu dengan sesuatu: El nino!. “Sepaket ya bu, lagi musim…angin kencang” begitu kata dokter.

Angin kencang rasanya sering akhir-akhir ini. Tapi saya kok ya cuek. Bukan bagian perhatian. Jadinya terlewatkan begitu saja. Padahal hampir setiap hari antar jemput Maryam. Melewati area pesawahan yang luas. Mesti anginnya tambah terasa kuenceng. Ditambah sering kelupaan tidak pakai jaket. Saya pikir biasa. Ternyata?

El nino tidak terjadi setiap tahun. Ya, ternyata kejadian luar biasa. Di luar kebiasaan. Fenomena alam el nino kali ini terjadi setelah 3 tahun. Dan lagi menurut artikel dari situs TrenAsia: Mengenal El Nino dan Mengapa terjadi di Indonesia, el nino biasanya terjadi sekitar 9 sampai 12 bulan. Lama juga ya?

Jadi, angin kencang yang selama ini saya rasakan adalah fenomena el nino. Singkatnya, menurut BMKG El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. Curah hujan jadinya semakin sedikit. Lha, kemungkinan besar petani kita terganggu dong ya?

Harga beras naik. Permintaan data beras. Ternyata semua ini berhubungan dengan el nino (tertawa parah). Sebagai orang neraca, parah sih ini, wkwkwkwk.

Suatu informasi sepenting apapun. Disosialisasikan sebesar apapun jangkauannya. Jika orang tersebut tidak membutuhkannya. Cuek. Tidak menarik perhatiannya. Walaupun mendengar hampir setiap hari. Tetap saja tidak sampai. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Begitu mungkin dengan pekerjaan juga. Sebanyak apapun panah sosialisasi yang kita lepaskan. Jika saja tidak tepat sasaran. Dia hanya akan beterbangan layaknya laron dewasa yang memutuskan sayapnya dan mati ketika fajar tiba karena tidak menemukan pasangan.

Jadi?

Keduanya harus aktif. Si pemberi informasi dan si penerima harus dalam status aktif. Aktif saling membutuhkan. Mutualisme. Jika seperti ini, panah akan melesat tepat pada sasarannya. Begitu.

Panjang juga ya. Padahal saya mau cerita. Sore menjelang malam hari ini. Tiba-tiba saja saya membuat roti. Tanpa takaran. Hanya feeling diri sendiri yang tidak ada pengalaman dunia baking. Nol pengalaman. Kebetulan saja jiwa emak-emak meronta melihat sisa susu uht di kulkas yang tinggal secuil. Betul-betul secuil kurang dari segelas ukuran 250ml.

Berbekal tanpa pengalaman. Mungkin tidak benar-benar nol. Saya sering sih lihat video singkat di instagram yang promosinya gini: kue moist tiga bahan, kue coklat leleh tiga bahan, dan lainnya. Iya itu bekal saya. Nonton sekelebatan. Takarannya manalah ingat. Sekelabatan.

Begini resep kue saya akhirnya:

8 sendok makan muncung tepung terigu

3 sendok makan madu (kebetulan madu nya tinggal sehabisnya itu di botol)

2 butir telur utuh

sisa susu uht (entah ini ukurannya, kurang dari 250 ml)

sisa cokelat sisa Maryam membuat es kul kul.

Jadinya lima bahan ya. Kocok pake kocokan tangan. Sampe teksturnya itu agak melengket. Susah jatuh. Istilah yang sering saya dengar du dunia perbakingan: berjejak. Semuanya saja dikocok. Kecuali coklat. Idenya biar lumer gitu nanti di tengah.

Lalu. Masukan adonan ke dalam loyang plastik. Saya punyanya itu. Not recomended. Itu buat bikin agar-agar sebenarnya. The last but not least step adalah memasukan lelehan cokelat ke dalam adonan. Masukan cokelat tersebut tepat di tengah ya. Lalu sedikit gerakan aestetik. Tusuk coklat yang telah dituangkan tersebut menggunakan spatula kecil. Lalu putar meninggalkan jejak kue marmer. Tahu dong kue marmernya Mamitoko atau Ci Mehong? Idenya seperti itu. Harapannya.

Penampakan kue sebelum dikukus.
Tarra …

Bantet. Hehe. But surprisingly, Maryam suka. Memang lumayan enak. Jadi… Saya sepertinya pernah memakan kue seperti ini. Yang teksturnya seperti ini.

Bluder! Ya blusder. Saya ingat namanya. Baru kemarin juga rasanya saya coba. Eh, qadarulloh malah membuatnya sendiri. Walaupun bukan itu maksud kue saya.

But at the end Maryam suka. Tuh buktinya sampai habis hampir seperempatnya. Alhamdulillah.

Kerandomana sesungguhnya emak-emak. Hehe.

Happy weekend.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.