Setelah Sepuluh Tahun

Bismillah…

Alhamdulillah Alloh kembali memberikan amanah. Sudah menginjak 36 minggu. Tinggal menunggu gelombang cinta. Gitu sih yang saya denger di video-video youtube yang membahas kandungan. Walaupun di usia ini, agak risih ya dengan sebutan-sebutan seperti itu. Baiklah, mungkin lebih enak kita sebut saja kontraksi.

Setelah sepuluh tahun, menunggu bukan lagi tentang menunggu. Tapi sudah pada level menerima. Apapun yang diberi sudah ikhlas. Ketika Maryam usia lima, telat seminggu saja langsung berdebar-debar dan cek. Apalagi telat sebulan. Walaupun test pack satu garis masih belum percaya. Sungguh ya definisi menunggu yang diiringi harapan besar.

Sekarang setelah sepuluh tahun. Mau telat berapa haripun tetap santai. Bahkan ketika hasil test pack menunjukan garis dua samar, masih santai sampai terkekeh bercanda di rumah. Bener nih? Ah, tunggu dulu itu kan belum jelas garisnya. Begitu ujar abahnya Maryam.

Sampai di titik saya harus memastikan: benar tidak nih. Waktu itu badan udah berasa gak karuan. Gak enak lah mau ngapa-ngapain. Bawaannya lemes. Pengennya baring. Daaan gak nafsu makan. Beberapa kali izin sakit gak masuk kantor. Sampai akhirnya saya harus berangkat ke Semarang. Waktu itu lagi sibuk banget pengolahan dan finalisasi ST2023. Saya bingung alasannya apa. Walau emang badan terasa gak enak, tapi kan sakit apa, gak jelas.

De javu sebenarnya dengan ST ini. Dulu, waktu Maryam juga sedang ST2013. Sedang hamil besar. Gak ikut ke mana-mana cuma jadi panitia pelatihan.

Balik ke cerita tadi, akhirnya memberanikan diri ke dokter kandungan. Ke Kota Tegal. Praktek dokter kandungan perempuan adanya di sana yang terdekat. Diperiksalah dengan harap-harap cemas dengan modal hasil test pack dua garis samar. Sore sepulang dari kantor.

Dapat urutan nomor satu. Nunggu beberapa saat sampai akhirnya dipanggil. Dan hasilnya belum ada kantung rahim. Kantung rahimnya belum kebentuk. Tidak ada. Gimana tuh? Bukan dong. Terus saya sakit apa?

Karena penasaran dan dokter pun menyarankan seminggu jika tidak datang haid periksa kembali, saya pun periksa kembali. Kali ini di Klinik di Brebes. Dokter kandungan yang lain. Bukan karena kurang percaya atau mencari second opinion tapi saya udah gak tahan ke Tegal. Udah super lemes. Ya udah cari yang dekat saja. Ternyata di Klinik ini pelayanan dan tempatnya nyaman sekali. Ruangan tunggu ber-AC. Sofanya empuk. Dan juga ada minuman yang dapat kita pilih. Dikasih juga kita minuman kacang hijau. Menunggu agak lama pun jadi biasa saja. Bisa sambil rebahan di sofanya. Nonton TV yang menyiarkan seputar info kehamilan. Suaranya tenang. Nyaman pokoknya.

Giliran masuk. Di cek. Alhamdulillah kata dokternya sudah ada kantung rahim walaupun ukurannya kueciiil banget. Dan terlihat belum ada isinya. Dokter pun menyarankan kembali datang sebulan lagi agar lebih jelas.

Alhamdulillah. Masalah pertama dapat solusi. Saya bisa izin tidak ikut ke Semarang dengan alasan sakit yang jelas. Karena memang pengalaman kehamilan Maryam dulu, saya sakit di awal kehamilan bahkan gak bisa ke mana-mana. Dulu ngendep saja di kamar gelap-gelapan. Lihat cahaya tuh rasanya pusing. Masuk RS juga karena hyper emesis gravidarum (heg). Itu udah gak bisa masuk apa-apa. Gak bisa makan. Apapun yang masuk muntah. Minum pun tidak bisa, MasyaAlloh.

Yang kedua inipun ternyata sama. Namun, tidak sampai berhari-hari mendekam di kamar dalam kegelapan. Masih bisa sekali dua kali ke kantor tapi siangnya sudah gak kuat berangkat. Begitu terus ritmenya sampai di usia kandungan lima minggu kembali menjadi pasien heg. Dirawat sehari juga, sama di RSUD juga. Jika dulu minta pulang karena gak tahan dengan tempat perawatannya kali inipun minta pulang karena ternyata di RS gak nyaman ya saudara-saudara. Setelah diinfus dan sedikit segar saya minta pulang keesokan harinya menjelang magrib.

Sama-sama sakit di trimester pertama. Hanya saja di kehamilan kali ini saya sakit hampir full sampai 36 minggu ini. Bukan karena kehamilannya betul. Kalo karena kehamilan sama hanya sampai trimester pertama. Yang kedua ini saya lanjut sakit karena gerd, jadi muntah terus jalan bahkan sampai sekarang 36 minggu. Hanya saja muntah tapi masih bisa lanjut makan, alhamdulillah. Kalo di trimester pertama kan, muntah, dan gak bisa masuk apa-apa lagi. Mulut terasa terbakar. Tenggorokan sakit kalo kena makanan. Syulit. Sudah itu tensinya rendah terus. Masuk trimester ke-3 masyaAlloh hb nya turun drastis di bawah 8. Lemes letih lesunya bukan lagi tambah menjadi.

Sekarang ini sedang pemulihan semoga pas hari H, ketika kontraksi asli datang hb sudah kembali normal, aamiin.

Terapinya apa saja?

Saya memaksakan diri minum zat besi yang dikasih dokter. Dosisnya ditambah jadi sehari dua kali. Enak sebenarnya zat besi ini karena ada rasa seperti sprite tapi setelah diminum jadi mual, pusing, dan konstipasi. Paksa ajalah.

Terus makanan. Banyak yang rekomendasi buah bit. Akhirnya beli juga. Hari ini kali pertama saya minum jus buah bit. Rasanya aneh. Mirip buah naga tapi jauh enakan buah naga. Warnanya yang merah membara mirip lah dengan buah naga. Kurma dan madu saya paksa juga tiap hari. Sama jus-jus lainnya macam stroberi dan tomat saya minum juga. Semoga ikhtiar ini dapat kembali memulihkan hb ke ambang normal, aamiin.

Lahiran di mana?

Senam hamil?

Nantilah ya, saya fokus mengembalikan hb dulu ^^

-225- El Nino Sampai Blusder

Bismillahirrohmaanirrohiim…

El nino diperkirakan tidak akan meningkat kembali atau akan semakin melemah. Menurut kepala BMKG pada konferensi pers 8 September kemarin. El nino? Opo yo ki?

Sering mendengar teman bilang el nino. Baru kemarin saya dengar kembali kata el nino. Tapi ya, terdengar begitu saja.

Hari kamis kemarin saya mulai merasakan gejala kurang fit. Naik motor rasanya dingiiiin sekali. Tenggorokan sakit. Seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Minum terus pakai air hangat. Yang mana hal ini jarang saya lakukan. Maklum manusia kurang minum air putih.

Hari jumat tambah gak karuan. ya udah, istirahat. Izin sakit. Ke dokter lah meski malas. Untuk mendapatkan surat dokter wkwkwkwk. Di samping itu selorohan dokternya membuat saya dejavu dengan sesuatu: El nino!. “Sepaket ya bu, lagi musim…angin kencang” begitu kata dokter.

Angin kencang rasanya sering akhir-akhir ini. Tapi saya kok ya cuek. Bukan bagian perhatian. Jadinya terlewatkan begitu saja. Padahal hampir setiap hari antar jemput Maryam. Melewati area pesawahan yang luas. Mesti anginnya tambah terasa kuenceng. Ditambah sering kelupaan tidak pakai jaket. Saya pikir biasa. Ternyata?

El nino tidak terjadi setiap tahun. Ya, ternyata kejadian luar biasa. Di luar kebiasaan. Fenomena alam el nino kali ini terjadi setelah 3 tahun. Dan lagi menurut artikel dari situs TrenAsia: Mengenal El Nino dan Mengapa terjadi di Indonesia, el nino biasanya terjadi sekitar 9 sampai 12 bulan. Lama juga ya?

Jadi, angin kencang yang selama ini saya rasakan adalah fenomena el nino. Singkatnya, menurut BMKG El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. Curah hujan jadinya semakin sedikit. Lha, kemungkinan besar petani kita terganggu dong ya?

Harga beras naik. Permintaan data beras. Ternyata semua ini berhubungan dengan el nino (tertawa parah). Sebagai orang neraca, parah sih ini, wkwkwkwk.

Suatu informasi sepenting apapun. Disosialisasikan sebesar apapun jangkauannya. Jika orang tersebut tidak membutuhkannya. Cuek. Tidak menarik perhatiannya. Walaupun mendengar hampir setiap hari. Tetap saja tidak sampai. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Begitu mungkin dengan pekerjaan juga. Sebanyak apapun panah sosialisasi yang kita lepaskan. Jika saja tidak tepat sasaran. Dia hanya akan beterbangan layaknya laron dewasa yang memutuskan sayapnya dan mati ketika fajar tiba karena tidak menemukan pasangan.

Jadi?

Keduanya harus aktif. Si pemberi informasi dan si penerima harus dalam status aktif. Aktif saling membutuhkan. Mutualisme. Jika seperti ini, panah akan melesat tepat pada sasarannya. Begitu.

Panjang juga ya. Padahal saya mau cerita. Sore menjelang malam hari ini. Tiba-tiba saja saya membuat roti. Tanpa takaran. Hanya feeling diri sendiri yang tidak ada pengalaman dunia baking. Nol pengalaman. Kebetulan saja jiwa emak-emak meronta melihat sisa susu uht di kulkas yang tinggal secuil. Betul-betul secuil kurang dari segelas ukuran 250ml.

Berbekal tanpa pengalaman. Mungkin tidak benar-benar nol. Saya sering sih lihat video singkat di instagram yang promosinya gini: kue moist tiga bahan, kue coklat leleh tiga bahan, dan lainnya. Iya itu bekal saya. Nonton sekelebatan. Takarannya manalah ingat. Sekelabatan.

Begini resep kue saya akhirnya:

8 sendok makan muncung tepung terigu

3 sendok makan madu (kebetulan madu nya tinggal sehabisnya itu di botol)

2 butir telur utuh

sisa susu uht (entah ini ukurannya, kurang dari 250 ml)

sisa cokelat sisa Maryam membuat es kul kul.

Jadinya lima bahan ya. Kocok pake kocokan tangan. Sampe teksturnya itu agak melengket. Susah jatuh. Istilah yang sering saya dengar du dunia perbakingan: berjejak. Semuanya saja dikocok. Kecuali coklat. Idenya biar lumer gitu nanti di tengah.

Lalu. Masukan adonan ke dalam loyang plastik. Saya punyanya itu. Not recomended. Itu buat bikin agar-agar sebenarnya. The last but not least step adalah memasukan lelehan cokelat ke dalam adonan. Masukan cokelat tersebut tepat di tengah ya. Lalu sedikit gerakan aestetik. Tusuk coklat yang telah dituangkan tersebut menggunakan spatula kecil. Lalu putar meninggalkan jejak kue marmer. Tahu dong kue marmernya Mamitoko atau Ci Mehong? Idenya seperti itu. Harapannya.

Penampakan kue sebelum dikukus.
Tarra …

Bantet. Hehe. But surprisingly, Maryam suka. Memang lumayan enak. Jadi… Saya sepertinya pernah memakan kue seperti ini. Yang teksturnya seperti ini.

Bluder! Ya blusder. Saya ingat namanya. Baru kemarin juga rasanya saya coba. Eh, qadarulloh malah membuatnya sendiri. Walaupun bukan itu maksud kue saya.

But at the end Maryam suka. Tuh buktinya sampai habis hampir seperempatnya. Alhamdulillah.

Kerandomana sesungguhnya emak-emak. Hehe.

Happy weekend.

-224- Memori Pelatihan ST23

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS al-Anbiya: 35).

Innalillahi wa inna ilayhi rooji’un…

Hari itu, selasa 23 Mei 2023 kami semua kaget bukan kepalang. Teman kami ini sehat, dalam kondisi baik pada hari itu, paling tidak di mata saya. Beliau juga selama di BPS Brebes belum pernah izin karena sakit yang lama. Dan pada hari itu beliau sedang menjalankan tugas negara: mengajar pelatihan ST 2023.

Saya berada di kelas yang sama dengan beliau. Beliau instruktur di kelas saya. Hari pertama berjalan dengan baik. Semua sangat bersemangat. Saya merasakan atmosfir itu.

Di hari pertama saya izin menjemput anak menjelang ashar. Saya tidak punya pilihan karena suami juga menjadi instruktur di hari tersebut. Saya yang tidak mengajarlah yang bisa jemput Maryam. Alhamdulillah beliau mengizinkan.

Di hari ke-2 selasa, saya pun izin hendak jemput anak di jam seperti biasa menjelang ashar. Ketika saya izin itu ada perkataan beliau yang membuat saya tertegun. Intinya beliau mengizinkan dan asal jangan ada yang tahu, begitu.

Saya mendengar perkataan tersebut menjadi berfikir dua kali untuk kembali izin menjemput anak. Akhirnya saya memutuskan untuk menjemput Maryam di jam istirahat, sehingga Maryam yang izin pulang lebih cepat dari sekolahnya. Hal ini membuat saya merasa tidak nyaman, merasa bersalah karena tidak disiplin waktu ketika mengikuti pelatihan.

Jam 13 lebih sedikit saya bisa kembali ke Ritz Palace Hotel, tempat pelatihan yang saya ikuti di mana beliau menjadi instrukturnya. Alhamdulillah ketika sampai parkiran saya melihat teman saya yang menjadi instruktur itu belum masuk kelas. Saya lega, berarti saya tidak terlambat masuk kelas.

Akhirnya kami pun bertiga beserta Maryam naik lift menuju ke antai 4. Di dalam lift beliau hanya diam sambil pandangannya tidak lepas dari hp. Saya pun berinisiatif memulai percakapan yang intinya saya tidak jadi izin jemput anak. Saya bilag tidak enak, begitu saja.

Pintu lift terbuka. Kami pun beriringan keluar dari lift dan masuk ke dalam kelas. Saya kembali keluar untuk mengantar Maryam ke kamar. Sekembalinya saya mengantar Maryam, suasana di sekitar kelas menjadi ramai. Orang-orang keluar kelas dengan wajah tegang, bingung, dan khawatir. Saya bingung. Rasanya tidak ada lima menit saya meninggalkan kelas untuk mengantar Maryam.

“Bu, ada yang pingsan…”, sahut seseorang memberi tahu saya. Saya tanya siapa yang pingsan jawabannya melayang begitu saja.

Saya pun bergegas masuk kelas. Subhanalloh, begitulah teman saya tadi, yang bersama di dalam lift, beriringan memasuki kelas, beliau teman saya yang pingsan.Pingsan yang saya sendiri ragu menyebutnya sebagaimana pingsan biasa.

Qadarulloh beliau menghembuskan nafas terakhir di dalam kelas ketika hendak kembali mengajar. InsyaAlloh husnul khotimah, aamiin allohumma aamiin.

Begitulah kawan, hidup hanya sementara. Antrian kita sudah jelas namun ghaib. Kita belajar untuk terus memperbaiki diri. Selalu berdo’a agar diberikan hidayah dan taufik oleh Alloh SWT dan berakhir dalam keadaan husnul khotimah, aamiin.

Selasa, 23 Mei 2023.

-215- Nikmati saja Prosesnya

Bismillah…

Siapa sih yang tidak suka jalan-jalan? Bahkan ketika sedang tugas kerjaan sekalipun. Saya tidak, huahuahua.

Awalnya saya tidak terlalu suka karena memang capek. Walau kita akalin bagaimana tetap saja ujungnya pake otot. tenaga perempuan di tugas ini asli membuat saya kurang mood.

Tapi lupakan. Karena sore ini saya mau berbagi keindahan. Di sela-sela kerjaan saya memotret beberapa pemandangan yang menurut saya sangat indah, masyaAlloh…

Kadang kita lupa bersyukur. Masih banyak hal yang membuat kita bahagia. Jika hanya fokus pada capek dan sebelnya saja maka niscaya tidak akan ada yang bisa kita nikmati. Saya capek sih tapi kali ini saya belajar bahwa saya harus belajar untuk memilih bahwa proses lebih menyenangkan untuk dijalani daripada kepikiran cepat selesai dan kembali ke rumah.

Memangnya setelah di rumah masalah selesai? enggak kan. Kita akan tetap dihadapkan dengan masalah lain. Jadi nikmati saja. 

Have a nice day everyone…lama tidak nulis jadi kaku, hehehehe.

-204- Penting Banget Rileks

Bismillah.

Mungkin hanya pikiran yang sedang dipermainkan perasaan. Hari ini langit begitu cerahnya sampai keringat tak kuasa bercucuran di sekujur tubuh. 
Tapi semua yang direncanakan sepertinya tidak sesuai dengan kenyataan. Semua hal seperti berjalan berlawanan arah. Semua seperti menjauh. Semua tidak berada bersamaku.
Tentu saja sakit dan sedih. Tapi kali ini aku sudah terlalu dewasa hanya untuk menangisinya atau sekedar mengeluh. Yang ada sekarang adalah do’a dan bagaimana cara menyelesaikannya. Karena masalah tentu datang dengan solusi.
Saya tinggal bersabar dengan waktu, bukan begitu?
Ya dengan tetap berusaha, tentu saja.
Saya tahu ini sangat melelahkan. Ingin rasanya berhenti dan berubah haluan. Dan berkata, “this is not me!”

Kepala rasanya berat. Ingin marah. Marah sama siapa?

Aku duduk di kursi kayu favouriteku. Duduk menemani Maryam. Selain memang aku ingin bengong melihat sore yang sebenarnya sangat baik-baik saja. Tiba-tiba saja Maryam menyodorkanku sebuah permainan. Aku melihatnya sekilas.

Sepertinya menyenangkan, gumamku.

“Ummi mau?” tanya Maryam. Aku mengangguk saja. Dan tidak lama aku sudah mulai terbius permainan itu.

Nama permainannya i heart song. Kita tinggal menekan simbol hati dan sesekali bar panjang yang harus ditekan dan ditahan. Kombinasi menakan simbol itu akan menjadikan melodi lagu yang indah. Di sana juga disediakan beberapa lagu untuk dimainkan. Jika kita berhasil memainkannya dengan sempurna tanpa terlewat satu tanda pun maka akan diberi bintang empat. Sangat mengasyikan. Melonggarkan sekali urat. Dan hey! ke mana perginya marah dan sakit kepala itu?

Jadi…

Ya. Solusi mungkin tidak segera datangnya. Tapi berpikir tenang dengan kepala tenang itu sehat banget buat jiwa. Jadi ketika harus berpikir keras, saya sudah siap kali ini. Saya sudah rileks. Saya sudah santuy.

Carilah tenang karena itu menenangkan…^^

-203- Musim Hujan Telah Tiba


Bismillah.




Hujan tlah tiba, hujan tlah tiba, hatiku gembira…



Eh, 😊

Sudah dua minggu turun hujan. Air di sumur kembali lancar. Rasanya lega bisa kembali berkumur dengan air yang bersih. Rasanya segar.

Kemarin saya sempat skip berkumur kalau wudhu. Rasanya aneh dengan air yang berwarna coklat muda. Mengingatkan saya pada air sungai di depan rumah. Tapi itu sudah berlalu.

Hari ini, mulai seminggu ini, rumah kembali ceria dengan pasokan air bersih yang melimpah, alhamdulillah.

Para petani mulai tersenyum lebar menyambut hujan. Mereka mulai mengolah tanahnya yang mulai enak untuk dicangkul. Persediaan beras yang mulai menipis kembali memiliki harapan untuk setahun ke depan.

Lebih dari itu, pendapatan mulai mengedipkan mata. Perekonomian kemungkinan besar akan kembali menggeliat. Kemarin, penjual nasi ponggol saja mengeluh, karena jualannya selalu sisa. Hari ini, bolehlah mereka bernafas lega seiring petani mulai kembali beraktivitas.

Tapi…

Dibalik suka cita menyambut rezki, ia pun datang dengan ujian.

Di awal tahun ini, banjir di mana-mana akibat hujan turun tidak berjeda seharian. Di depan rumah saya saja airnya meluap. Untungnya hari itu sabtu. Saya dan suami libur. Dan seharian kita seperti beruang yang sedang berhibernasi. Asli tidak ke mana-mana. Masak seadanya di rumah.

Di Jakarta banjir seperti biasa. Mobil-mobil beriringan mengikuti arus air. Ah, mobil! Padahal saya harus ke sana dalam waktu dekat. Semoga hujan kembali normal tanpa menimbulkan banjir, aamiin.

Di sini pertanian terutama bawang terkena air yang meluap. Sawah tergenang air sampai tanamannya tertutup sempurna. Alhasil banyak petani yang gagal panen di tengah harga bawang yang sedang lumayan tinggi.

Segala sesuatu adalah pembelajaran. Hujan, banjir, manusia, adalah sebab akibat. Tapi ketetapan di sana adalah ujian atau musibah bagi kita. Kembali, ini adalah tentang hidup, tentang bagaimana kita memaknai semuanya. Bisakah kita belajar dan mengambil hikmah. Atau kita hanya berada di barisan yang segala sesuatu menjadi objek keluhan, na’udzubillah.



-202- Adaptasi yang Luar Biasa

Bismillah.

Ini adalah folder selama saya bergabung dengan BPS Kabupaten Brebes. Masuk Desember 2016, jadi dalam rentang satu bulan itu ada beberapa pekerjaan yang saya kerjakan. Saya full dari 2017-2019. Dan ini adalah bulan pertama di perjalanan empat tahun saya bersama BPS Kabupaten Brebes. Hopefully everything will be fine and better in the future.

Tiga tahun dua bulan. Bukan waktu yang sebentar. Rasanya baru kemarin saya merasa aneh dengan lingkungan baru. Satu tahu pertama saya benar-benar harus beradaptasi. Tahun kedua sedikit nyaman. Dan di tahun ketiga baru saya benar-benar merasa nyaman dengan semua rekan di sini. Tiga tahun bagi saya untuk beradaptasi. Sungguh waktu yang luar biasa. Saya selalu ingin berhenti. Tapi saya juga selalu meyakinkan diri sendiri bahwa saya tidak bisa berhenti dalam kondisi tertekan atau merasa tidak nyaman. Saya harus benar-benar mencintai semuanya sebelum akhirnya melepas. Ingatlah kita tidak bisa melepaskan apapun sebelum kita telah benar-benar melakukan yang terbaik terhadapnya.

And here we go…

Di tahun ke empat ini semoga hal-hal baik lah yang akan saya dan rekan-rekan semuanya temui, aamiin.

-201- The ROoMs Inc. DP Mall Semarang: My Thoughts

Bismillah.


Temaram. Kesan pertama masuk hotel. Padahal pas check in masih sore. Di luar masih terang. Selain temaram juga ada kesan misterius. Penuh dengan rasa ingin tahu. Ya gimana, hotelnya tidak keliatan dari jalan raya. Ada gada-gada besar bertuliskan ROoMs Inc. pas masuk tapi yang akan kita lihat adalah keramaian di DP mall. Di mana hotelnya??? Di mana….!!?


Pintu?


Ah, benar!


Dia ada di sayap kanan mall. Dengan catatan kita menghadap ke arah mall dari jalan raya. Persis di sana ada seorang satpam berdiri tegak. Pintunya berwarna hitam. Tinggi lebar dan besar. Satu pintu saja dari kayu dicat hitam. Mirip sekali dengan pintu kemana saja nya doraemon.


Ketika masuk jangan harap akan langsung menemukan lobby hotel. Di sana kita akan menemukan satu ruangan yang hanya diisi empat buah kursi aneh. Kursi yang rangkanya besi dan dudukannya berupa kain tebal. Sekalinya kita duduk, badan tuh rasanya mblesek kemakan kursi. Dan pas mau berdiri susah aja gitu. Tapi pas duduknya emang nyaman. Enak banget buat santai. Ada beberapa pot bunga yang diisi entah bunga apa. Yang pasti daunnya panjang dan langsing seperti daun serai atau ilalang.


Selain kursi dan bunga tadi, pemeran utama di ruangan ini sebenarnya adalah… lift! Satu lift ke mana saja. Pikiran ini akan muncul begitu saja ketika kita terperangkap dalam satu ruangan yang hanya ada satu pintu keluar dan satu pintu masuk: ke mana saja! Karena saya belum tahu akan ke mana lift itu membawa. Ruangan ini ibarat rumah adalah foyer. Dia jalan menuju ruang lainnya. Dan pemain utamanya adalah lift itu sendiri. Saya tidak yakin orang akan santai-santai di depan lift dengan posisi santai susah bangun.


Di dalam lift lebih temaram. Cat hitam dan tempelan kertas dengan warna-warni mencolok di dindingnya yang bertuliskan kesan para tamu hotel. Benar-benar kertas tempelan yang warna-warni itu. Ya jika kalian pernah menggunakannya ketika sekolah dulu, atau sekarang. Dan pernah satu kali kertas itu ada yang jatuh kesenggol tamu hotel.


Anak muda banget.


Pas masuk lift begitulah yang ada di pikiran saya. Untung saya pun masih muda. Kemudian saya menenangkan diri.


Fotonya mana?


Gak ada. Gak niat mau share tadinya. Hehe.


Setelah melewati lift barulah sampai ke lobby nya yang sederhana sekaligus menyatu dengan kafe. Ya lebih ke kafe konsepnya dibanding resto. Lah apa pula beda kafe dan resto?


Yang ini baru ada fotonya. Karena kok ya sepertinya nyaman duduk di sana…bring me there…

Restoran memiliki standar-standar tersendiri misal baju, menu, dan lain-lain. Ada izinnya juga. Menunya lebih mahal karena mereka harus membayar pajak penambahan nilai (PPN) dan kesan ekslusif yang ditampilkan. Sementara itu kafe, dia lebih ke tempat minum kopi. Lebih ke tempat buat nongkrong sambil minum kopi dan berbagai minuman lainnya. Gitulahya. Tapi kafe ini kalo yang mahal ya banyak. Contoh Starbucks. Jadi perbedaan yanb paling mencolok terletak pada menu utamanya. Kafe lebih menonjolkan minumannya sementara restoran makanannya, begitu.


Nah, di Rooms Inc. malah ngingetin saya ke kafe bukan resto yang biasa kita lihat di hotel-hotel.


Tapi sudahlah mari kita melangkah lebih jauh untuk menemukan kamarnya. Saya sudah pengen rebahan. 


Dari lobby ini saya diarahkan kembali ke satu pintu. Kembali kita disuguhkan pada satu ruangan dengan lift sebagai tujuannya. Hotel ini layak mendapat julukan hotel banyak pintu!


Setelah berjalan dari lobby menyusuri kafenya sampai juga di pintu yang dimaksud. Bukan lagi satpam yang jaga. Kunci. Iya, kamu harus punya kunci kamar kalau mau melewati pintu satu ini. Oke.


Di balik pintu ini kembali ada lift. Ruangan ini hanya untuk lift menuju kamar hotel. Pas saya masuk lift seingat saya hanya ada tiga lantai. Saya dapat lantai satu. Kesanalah saya dibawa.


sampai di lantai satu. Hanya ada dua lorong, kanan dan kiri. Ikuti saja sesuai petunjuk nomor kamar. Mudah sekali. Di lorong ini ada dua dispenser dan satu telpon yang nempel di dinding. Ketika saya masuk kamar untuk pertama kalinya saya belum menyadari kedua alat penting ini.


Di stasiun, saya sempat beli pop mie gelas. Sungguh sangat jelas ya nama produknya, haha. Niatnya mau makan mie, asyik kan. Eh alah, saya cari-cari pemanas air gak nemu dong tolong. Akhirnya itu pop mie terpaksa disiram pake air yang disediakan di kamar, di dalam teko kaca, bukan plastik. Sungguh sangat ramah lingkungan, tapi inget sekali saya ngedumel dalam hati tentang air panas ini. Mau nelpon resepsionis gak ada telponnya dan saya malas turun ke lobby karena emang pengen banget rebahan. Paginya saya baru oh dong liat dispenser di lorong. Rasanya mau nangis keinget semalam makan pop mie pake air dingin, masih kriuk gak jelas, huhu.


Setelah saya rasa-rasa, walaupun awalnya ngedumel karena kurang riset dan informasi, saya akui hotel ini cukup nyaman. Seperti di rumah. Ya karena kalo kehabisan minum kita bisa refil sendiri di lorong. Dan jalan-jalan di lorongnya juga enak. Cuma satu yang saya kurang suka, kamarnya sempit sekali. Rasanya sesak. Kayak kita naik mobil sedan kecil gak bisa gerak, ke mana-mana mentok. Saya agak was-was sih.


Cocok banget buat kamu yang aktif dan mobile. Bukan untuk keluarga sepertinya. Entah ya kalau ada kamar untuk keluarga, yang lebih luas ukurannya. Mungkin ada. Tapi sepertinya tidak juga seluas hotel pada umumnya. Lorongnya juga lebih kecil dibanding hotel bintang tiga umumnya. Tapi nyaman aja gitu. Kalau saya perhatikan tamu-tamunya, memang kebanyakan anak-anak muda.


Semua design di hotel ini kesannya muda. Di kafenya malah ada berbagai testimoni dari public figure. Kaget juga, mereka beneran nginep di sini? Tapi emang nyaman. 


Kalau merasa muda bolehlah dicoba hotel ini. Yang jauh paling menarik adalah keberadaannya di dalam mall. Jadi gampang banget kalo mau jalan atau jajan. Enaklah gak perlu ke mana-mana. Dekat juga dengan lawang sewu. Aksesnya juarak!





-200- Kita Ketemu Lagi

Bismillah…

Desember 2016 pamit ke Provinsi Sultra. Desember 2019 kita bertemu kembali. Tiga tahun. Time flies…

Beberapa bertemu. Banyak yang tidak. I missed all the things.

Pertama kali kerja. Pertama kali bertemu dan belajar dengan orang-orang ini. Saya yang masih polos. Tanpa pikiran apapun selain bagaimana saya bisa bertahan jauh dari keluarga dan pulang tidak dalam waktu sebulan dua bulan. They really saved me.

Saya bukan orang yang bisa keep in contact tanpa bertemu. But i keep them all in my heart in my deep heart. They’ve never gone. They always here …

Makanya ketika bertemu seperti ada sesuatu yang keluar. Seperti rindu yang tak pernah kusadari. Ia keluar begitu saja melihat kawan di tiga tahun yang lalu. Aku mengingat semuanya. Kebaikan semuanya. Keramahan. Dan persaudaraan yang ditawarkan. Mereka sangat hangat.

Tapi sayang. Tak sempat bertemu dengan ibu yang boleh dibilang ibu di rumah besarku dulu, sultra. Pertama kali magang di tempat beliau. Suaranya, gesture nya, tak mudah orang lupa. Iya dulu, beliau di bidang sosial. Ah, ruangan lama itu dengan aroma kertas hijau kuning kembali memenuhi kepalaku. Suara-suara yang memenuhinya. Ah…

Saya beruntung pernah bertemu dengan semuanya di sana. Karakter keras hanyalah cover dari kelembutan dibaliknya. Dan lagi, kerasnya mereka sebenarnya sangat menarik untuk didengarkan dan diperhatikan. Kalau pernah membaca tulisan Arham Kendari. Seperti itulah menariknya.

Semoga Alloh SWT akan mempertemukan kita kembali di waktu dan tempat yang baik. Aamiin.

Sampai bertemu kembali ❤️😊

-199- Ingatkan Saya selalu ya Raab…

Bismillah.

Tadinya saya tidak punya feeling apa-apa. Ini bukan comfort zone saya. Kadang, saya menjadi sangat insecure di lingkungan seperti ini.

Tapi…

Kabar duka di sini. Hari ini. Saat ini. Kata apa lagi yang bisa menggambarkan bahwa memang hari ini telah terjadi.

Kita semua tahu, maut adalah misteri juga kepastian. Kadang, saya berfikir hidup hanyalah menunggu untuk sampai di hari itu.

Kadang kita merasa jenuh. Menunggu memang seringnya membuat jenuh. Kesal. Capek. Ayolah. Tapi kita tahu menunggu juga tidak semenyebalkan itu. Kita tahu selalu ada jalan menuju roma. Kita tahu bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan daripada mengeluh tentang semua hal yang menyebalkan itu.

Karena sesuatu yang misteri tidak bisa kita pastikan kapannya tapi ia pasti datangnya. Bukankah kita harus selalu bersiap. Selalu siaga. Siapa tahu tidak lama lagi. Setahun. Sebulan. Seminggu. Sehari. Iya bisa jadi hari ini. Jam ini. Menit ini. Detik ini. Tidak ada yang tahu.

Iya. Ayolah. Saya bicara pada diri sendiri karena kita tidak tahu. Kita harus bersiap. Selalu siap. Bersiaplah.

Saya tahu sulit. Tapi memang hari ini benar-benar menyentil banyak orang. Terutama saya. Mengingatkan dengan menampar bahwa banyak hal yang harus dilakukan dengan hati-hati. Bahwa tujuan akhir ini bukanlah di sini.